Sunday, November 23, 2008

Cara Berhenti Merokok

banyak para perokok yang ingin berhenti merokok. Namun mereka tidak kuasa melakukannya. hal ini sama sekali bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Beberapa tips berhenti merokok :
1.Niat, segala sesuatu diawali dengan niat. Untuk berhenti merokok kita harus memiliki niat yang kuat dan ingin benar-benar berhenti merokok (motivasi yang kuat untuk berhenti merokok).
2. Membuang segala sesuatu yang berkaitan dengan rokok seperti asbak, korek, dan apapun yang berhubungan dengan rokok. karena anda bukanlah seorang perokok lagi.
3.Membaca buku tentang racun yang ada dirokok. Dalam satu batang rokok mengandung 10.000 radikal bebas dan tidak kurang 4000 bahan kimia yang berbahaya lainnya. Dalam waktu lama atau dekat rokok akan mengerogoti umur kita dengan perlahan-lahan.
4. Hindari situasi/keadaan yang biasanya membuat Anda ingin merokok.Rencanakan aktivitas yang tidak bersangkutan dengan merokok. Misalnya, jika anda biasanya merokok ketika pergi ke bar,restoran,atau café, maka rencanakan pergi ke bioskop atau ke tempat-tempat lain yang tidak memungkinkan Anda merokok. Ingatkan selalu diri Anda mengapa ingin berhenti merokok
5. memberitahu semua orang, baik teman, teman kuliah, rekan kerja, kerabat, dan keluarga anda klau anda sudah tidak lagi merokok. Minta dukungan dari semuanya supaya mereka tidak menawakan atau merokok di depan anda.

6. Berolah raga dan minum cukup air akan membantu anda melupakan rokok. Aktifitas ini akan membuat tubuh anda tambah sehat dan membantu mengeluarkan toksin dan bahan bahan buruk dari rokok keluar dari tubuh. Berolah raga juga membuat anda melupakan rokok karena asyik berolah raga apalagi bila olah raga dilakukan di lingkungan yang banyak ada orang sehingga anda bisa bergaul juga.

Saturday, November 15, 2008

Pemerintah Memberikan Gelar Pahlawan Bagi Bung Tomo


SETIAP 10 November, bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Patut disyukuri, menjelang akhir pemerintahannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan gelar pahlawan nasional kepada Bung Tomo. Sungguh penantian yang panjang. Selama 27 tahun sejak meninggal, ikon pertempuran 10 November 1945 itu terlewat dari daftar pahlawan nasional.

Entah mengapa, begitu sulit bagi pemerintah sejak kepemimpinan Soeharto hingga SBY menetapkan Bung Tomo sebagai pahlawan. Padahal, di benak publik, semua meyakini Bung Tomo pantas dinobatkan sebagai pahlawan nasional.

Nama Bung Tomo selalu terkait dengan Hari Pahlawan. Sebab, Bung Tomo merupakan salah seorang pejuang yang dikenal saat pertempuran dahsyat 10 November melawan tentara sekutu dan NICA. Peristiwa itu bermula dari datangnya 6.000 personel sekutu pada 25 Oktober di Surabaya yang dipimpin Brigadir Jenderal Mallaby. Kedatangan pasukan sekutu itu diboncengi Belanda yang mengirimkan pasukan NICA. Tujuannya, ingin kembali menguasai Indonesia.

Akal bulus Belanda itu diketahui pihak Indonesia. Para pejuang pun marah dan terjadilah pertempuran 30 Oktober di Surabaya. Mallaby tewas dalam pertempuran tersebut. Pengganti Mallaby, Mayor Jenderal Mansergh, memberi deadline hingga 10 November kepada Indonesia untuk menyerah. Peringatan itu disambut perlawanan besar-besaran pada 10 November 1945. Ribuan pejuang gugur di medan pertempuran.

Sutomo atau yang dikenal dengan Bung Tomo merupakan salah seorang tokoh sentral dalam pertempuran tersebut. Pria asal Blauran, Surabaya, yang lahir 3 Oktober 1920 tersebut dikenal dengan semboyan rawe-rawe rantas malang-malang tuntas yang membakar semangat para pejuang saat itu. Peristiwa itu diajarkan dalam buku sejarah resmi dalam kurikulum Depdiknas.

Bung Tomo meninggal pada 7 Oktober 1981. Butuh waktu 27 tahun bagi pemerintah untuk menetapkan Bung Tomo sebagai pahlawan nasional. Istana Kepresidenan maupun Departemen Sosial yang mengusulkan pahlawan nasional tidak pernah bisa menjelaskan mengapa nama Bung Tomo selalu terlewat setiap pemerintah mengumumkan nama pahlawan nasional baru pada peringatan Hari Pahlawan.

Penetapan seseorang menjadi pahlawan diatur dalam UU No 33 Prps Tahun 1964 tentang Penetapan Penghargaan dan Pembinaan terhadap Pahlawan. Dalam UU itu juga disebutkan, pahlawan nasional adalah gelar yang diberikan oleh pemerintah Republik Indonesia kepada seorang warga bangsa/warga negara Indonesia yang semasa hidupnya melakukan tindak kepahlawanan dan berjasa sangat luar biasa bagi kepentingan bangsa dan negara.

Sedangkan tindak kepahlawanan adalah perbuatan yang dilakukan secara sadar dan mengandung risiko bahkan mengorbankan jiwa dan raga dalam perjuangan mencapai cita-cita luhur bangsa, yakni kemerdekaan dan kedaulatan menuju masyarakat adil dan makmur, baik melalui perjuangan bersenjata/fisik maupun perjuangan nonfisik, antara lain di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Ada pun nilai kepahlawanan adalah suatu sikap dan perilaku perjuangan yang mempunyai mutu dan jasa pengabdian serta pengorbanan terhadap bangsa dan negara. Bung Tomo seharusnya telah memenuhi tiga hal tersebut sejak dulu.

Dalam aturan di Depsos disebutkan, kriteria seseorang menjadi pahlawan adalah WNI yang telah meninggal dan semasa hidupnya memimpin serta melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik atau perjuangan dalam bidang lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan, atau mengisi kemerdekaan. Bung Tomo juga memenuhi kriteria tersebut.

Kriteria berikutnya, pengabdian dan perjuangan yang dilakukan berlangsung hampir sepanjang hidupnya (tidak sesaat) dan melebihi tugas yang diemban. Perjuangan yang dilakukan mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasional, memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan nasionalisme yang tinggi, memiliki akhlak dan moral yang tinggi, serta tidak menyerah pada lawan dalam perjuangannya. Kriteria tersebut juga dipenuhi oleh Bung Tomo.

Dalam UU tersebut, proses pengajuan pahlawan harus dilakukan pemerintah daerah dengan gubernur sebagai ketua Badan Pembinaan Pahlawan Daerah (BPPD). Selanjutnya diajukan ke Badan Pembinaan Pahlawan Pusat (BPPP) yang diketuai menteri sosial. Baru setelah itu diajukan ke presiden. Proses pengusulan Bung Tomo pernah dilakukan Pemkot Surabaya dan Pemprov Jatim.

Ada syarat lain dalam usul pemberian gelar pahlawan, yakni harus ada bukti tanda kehormatan yang pernah diterima calon pahlawan tersebut. Dalam hal ini, Bung Tomo pernah menerima penghargaan Bintang Mahaputra Utama pada 1995 dari Presiden Soeharto. Syarat lain, catatan dan pandangan positif dari masyarakat tentang calon pahlawan tersebut. Diperlukan juga foto atau gambar dokumentasi yang menjadi bukti perjuangan calon pahlawan nasional. Nama calon pahlawan juga harus diabadikan melalui sarana monumental, sehingga dikenal masyarakat. Bung Tomo memenuhi semua kriteria itu.

Foto Bung Tomo terpampang di buku pelajaran sejarah perjuangan bangsa. Masyarakat juga telah mengenal, bahkan sebagian mengira Bung Tomo sudah resmi menjadi pahlawan nasional. Pada zaman Orde Lama, Bung Tomo sebenarnya cukup dekat dengan Bung Karno. Namun, kedekatan itu tidak bertahan lama karena Bung Tomo kerap mengkritik Bung Karno. Mungkin kisah Bung karno dan Bung Tomo yang pecah kongsi itu ikut mendasari pemerintahan era Megawati Soekarnoputri tidak meluluskan Bung Tomo sebagai pahlawan nasional.

Pada zaman Orde Baru, Bung Tomo kerap mengkritik keras kebijakan Soeharto. Akibatnya, pada 1978, Bung Tomo sempat ditahan selama setahun. Akibat kecewa kepada Soeharto, sebelum meninggal, Bung Tomo memberi wasiat kepada istri dan anak-anaknya untuk tidak dimakamkan di taman makam pahlawan. Bung Tomo pun akhirnya dimakamkan di tempat pemakaman umum Ngagel, Surabaya. Mungkin runtutan peristiwa itulah yang membuat Soeharto enggan memberikan gelar pahlawan nasional kepada Bung Tomo.

Habibie dan Gus Dur saat memimpin bangsa ini tak sempat pula menganugerahkan gelar pahlawan kepada Bung Tomo. Bisa dimaklumi karena saat itu merupakan masa transisi. Keduanya juga hanya menjabat dalam waktu singkat.

Pada era SBY, nama Bung Tomo juga cukup sulit masuk istana. Baru pada tahun keempat kepemimpinannya, SBY luluh. Itu pun karena tahun sebelumnya SBY menerima kritik karena empat pahlawan baru yang diumumkan pada 9 November 2007 berasal dari kalangan militer. Bahkan, sejumlah pahlawan yang ditetapkan SBY menuai kontroversi. Mudah-mudahan saja penetapan Bung Tomo sebagai pahlawan nasional bukan bagian dari pencitraan bagi SBY menyongsong Pemilihan Umum 2009 yang tinggal menghitung hari.

Sejarah Ilmu Komunikasi


Perkembangan komunikasi sebagai ilmu selalu dikaitkan dengan aktifitas retorika yang terjadi di zaman Yunani kuno, sehingga menimbulkan pemahaman bagi pemikir-pemikir barat bahwa perkembangan komunikasi pada zaman itu mengalami masa kegelapan (dark ages) karena tidak berkembang di zaman Romawi kuno. Dan baru mulai dicatat perkembangannya pada masa ditemukannya mesin cetak oleh Guttenberg (1457). Sehingga masalah yang muncul adalah, rentang waktu antara perkembangan ilmu komunikasi yang awalnya dikenal retorika pada masa Yunani kuno, sampai pada pencatatan sejarah komunikasi pada masa pemikiran tokoh-tokoh pada abad 19, sangat jauh. Sehingga sejarah perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri terputus kira-kira 1400 tahun. Padahal menurut catatan lain, sebenarnya aktifitas retorika yang dilakukan pada zaman Yunani kuno juga dilanjutkan perkembangan aktifitasnya pada zaman pertengahan (masa persebaran agama). Sehingga menimbulkan asumsi bahwa perkembangan komunikasi itu menjadi sebuah ilmu tidak pernah terputus, artinya tidak ada mata rantai sejarah yang hilang pada perkembangan komunikasi. Makalah ini ingin mengangkat zaman persebaran agama yang berlangsung antara rentang waktu tersebut (zaman pertengahan) menjadi bagian dari perkembangan ilmu komunikasi. Sehingga zaman pertengahan menjadi jembatan alur perkembangan komunikasi dari zaman yunani kuno ke zaman renaissance, modern, dan kontemporer.
Pembahasan

Telah disinggung di atas bahwa fenomena komunikasi berkembang dan tercatat kembali pada awal ditemukannya mesin cetak oleh Gutenberg (1457). Padahal, pada abad-abad sebelumnya, aktifitas komunikasi sudah berkembang cukup pesat yang berlangsung di zaman pertengahan (persebaran agama). Mungkin masa ketika diketemukannya mesin cetak itu sendiri terjadi di zaman renaissance, dimana pemikiran-pemikiran ilmuwan telah bebas dari dogma-dogma agama. Sehingga mereka tidak menyinggung masa persebaran agama sebagai bagian dari sejarah perkembangan komunikasi itu sendiri. Rentang waktu antara tahun 500 SM (masa-masa pemikiran retorika di Yunani kuno) sampai pada penemuan mesin cetak (1457 M) merupakan abad-abad dimana terdapat proses perkembangan komunikasi yang dalam hal ini berbentuk ajaran dan keyakinan suatau agama (yang tentu pula tidak dapat dipungkiri bahwa dalam aktifitas persebaran ajaran agama, retorika dan bentuk komunikasi lainnya cenderung berperan besar dalam mengubah keyakinan seseorang). Sehingga tidak menyalahi aturan kalau makalah ini mencoba mengangkat masa penyebaran agama dan ajaran-ajaran bijak yang berlangsung antara rentang waktu tersebut dijadikan sebagai bagian dari mata rantai sejarah yang hilang dari perkembangan ilmu komunikasi itu.
Pada awalnya perkembangan komunikasi yang terjadi di zaman Romawi (sebagai perkembangan dari Yunani kuno sekitar tahun 500 SM-5 M) mengalami kendala, karena pada masa itu Romawi mengalami masa kegelapan (dark ages). Padahal, masa kegelapan yang terjadi di Eropah ini merupakan sisi lain dari masa keemasan peradaban Islam, dimana pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan (termasuk aktifitas komunikasi) cukup signifikan. Selain itu, perkembangan komunikasi juga sangat maju pesat di Cina yang telah dimulai pada tahun 550 SM. Memang, aktifitas komunkasi dalam bentuk retorika yang berlangsung di Cina dan Islam ini lebih menekankan pada penyebaran ajaran dan keyakinan. Berbeda di Yunani dan Romawi yang lebih bersifat politis. Salah satu ajaran yang berkembang yaitu ajaran konfusiunisme di Cina. Kong hu Cu (bagian dari konfusianisme) lahir pada sekitar 550 SM yang ajarannya telah berusia 2000 tahun. Konfusius mulai mengajarkan filsafat hidupnya ketika Cina masih terpecah-pecah. Dalam penyebarannya, komunikasi yang dilakukan sudah sangat maju setelah ditemukannya kertas oleh Ts’ai Lun (105 M). Namun, ketika dinasti Qin (215 SM-206 SM), kaisar Qin Shi Hung melarang ajaran Konfusianisme, sehingga banyak buku-buku yang dibakar. Namun, ketika masa dinasti Han (206 SM-220 M), konfusianisme mulai mencapai masa emasnya kembali. Misalnya dengan didirikannya semacam Imperial University yang meninggalkan kitab-kitab ajaran konfusianisme seperti kitab Shi Ching (kumpulan lagu-lagu), Shu Ching (dokumen-dokumen), I Ching (buku ahli ramalan), Ch’un Ch’iu (peristiwa penting), dan Li Chi (upacara-upacara). Konfusianisme ini berlangsung cukup lama sampai pada masa jatuhnya dinasti Ching (1644-1911). Hal ini mengidentifikasikan bahwa adanya proses perkembangan komunikasi yang lebih condong pada penyebaran ajaran-ajaran konfusianisme di Cina.
Aktifitas komuniksi dalam bentuk propaganda juga telah ada di zaman Isa Almasih. Isa yang pada waktu itu ingin mengajarkan ajaran Allah, mendapat tantangan dari kaum Yahudi. Isa dianggap bahaya oleh kaum Yahudi, sehingga orang-orang Yahudi berusaha memancing kemarahan pihak penguasa Romawi yang ketika itu menguasai Palestina. Akhirnya usaha ini berhasil mempengaruhi sikap politik penguasa Romawi yang pada awalnya tidak ikut campur dalam keagamaan, kini berubah haluan memerintahkan tentaranya untuk menangkap Isa dan menghukum Isa Al Masih. Namun, catatan sejarah menunjukkan bahwa sebenarnya Isa tidak mati terkutuk di tiang salib, ia berhasil diselamatkan oleh Pilatus yang telah bekerjasama dengan yusuf Aritmatea (Injil Yahya, 19:38). Setelah memperlihatkan bukti-bukti kepada muridnya bahwa beliau tidak mati di kayu salib (Injil Markus, 16:19-20), maka Al Masih memutuskan atas perintah Allah untuk meninggalkan Palestina dan menjelajahi berbagai negeri dimana berdiam suku-suku Israil yang hilang untuk melanjutkan menyampaikan risalahNya (berdakwah) (kitab Ester 3:6, 1:1, 2:6, dan II Raja-raja 15:29). Negeri terakhir dimana tempat peristirahatan beliau adalah Srinagar, India. Komunikasi dalam bentuk ajaran dakwah yang dilakukan di zaman Isa ini terbukti dengan adanya penjelasan Dalai Lama (pendeta Budhah Tibet) bahwa Isa adalah salah satu orang suci yang dihormati dalam ajaran Budhah. Hal ini berkaitan erat dengan kepercayaan Budhah yang mengatakan bahwa Baghawa Metteya (pengembara kulit putih; Isa Al Masih) pernah datang mengajarkan ajarannya di India. Juga dengan diketemukannya scroll (gulungan yang jumlahnya 84.000 gulungan) yang isinya menceritakan aktifitas penyebaran ajaran Isa di India. Bukti lain juga dengan ditemukannya kuburan Yus Asaf di Srinagar, Kashmir oleh tim Jerman Barat yang merupakan kuburan nabi Isa yang meninggal pada usia 120 tahun. (Thre Tribune, Chandigarh, 11 Mei 1984).
Komunikasi di dunia Islam pun sebenarnya telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Sama seperti fenomena komunnikasi yang terjadi di zaman Isa Al Masih, komunikasi Islam pun lebih berorientasi pada sistem dakwah yang berusaha mengubah atau mempengaruhi alam pikiran seseorang untuk mengikuti syariat Islam. Peradaban umat Islam dalam kaitannya dengan perkembangan komunikasi telah mencatatkan sejarah yang cukup menakjubkan. Pada masa bani Umayah misalnya, telah ditemukannya suatu cara pengamatan astronomi pada abad 7 M, 8 abad sebelum Galileo Galilei dan Copernicus. Perhubungan antara Timur dan Barat selama perang Salib (1100-1300 M ) sangat penting untuk perkembangan komunikasi ilmu pengetahuan di Eropah. Karena pada waktu ekspansi, Arab telah mengambil alih kebudayaan Byzantium, Persia, dan Spanyol, sehingga tingkat kebudayaan Islam jauh lebih tinggi dari pada kebudayaan Eropah (Brower, 1982;41). Universitas Bagdad, Damsyik, Beirut, dan Kairo menyimpan dan memberikan warisan ilmiah dari India, Persia, Yunani, dan Byzantium, sehingga Eropah menerima warisan filsafat Yunani melalui orang Arab yang terlebih dahulu mempelajarinya. Karena bangsa Arab telah menterjemahkan karya-karya fisuf termasyur seperti Plato, Hipokrates dan Aristoteles. Sekitar abad ke-14 pada zaman dinasti Yuan (1260-1368), pengaruh Islam ditandai dengan peneliti di bidang astronomi pertama yang mendirikan observatorium, yaitu Jamal Al-Din.
Perkembangan komunikasi dalam Islam yang lebih bersifat dakwah tadi tidak lepas dari kaitannya sebagai bagian dari bentuk komunikasi, karena dalam bahasa arab, dakwah berarti seruan, panggilan, atau ajakan. Menurut Salahuddin Sanusi, yang didefinisikan oleh Al Ustadz Bahiyul Khuli dalam bukunya yang berjudul Tadzkiratud Du’at, dakwah ialah suatu komunikasi yang ditimbulkan dari interaksi antar individu maupun kelompok manusia yang bertujuan memindahkan umat dari suatu situasi yang negatif (zaman jahiliyah) ke situasi yang positif. Pada zaman nabi Muhammad SAW (570 M-632 M), penyebaran Islam berlangsung dalam waktu yang relatif singkat (8-9 M). Muhammad melakukan dakwahnya ke Mekah pada tahun 610 M. Dalam tempo 25 tahun, Muhammad beserta pengikutnya (yang disebut sebagai Muslim), mengambil alih kekuasaan di kawasan Arab, dan Islam kemudian berkembang dengan sangat pesatnya. Pada sekitar tahun 650 M, Arab, seluruh daerah timur tengah, serta Mesir dikendalikan oleh orang-orang Islam, dan pada tahun 700 M, Islam mendominasi area besar mulai dari daratan China dan India di timur sampai Afrika Utara dan Spanyol di barat. Cepatnya perkembangan Islam bisa jadi merupakan dampak dari penggunaan dakwah-dakwah yang berisi tentang ajaran-ajaran Islam, seperti; dakwah yang berisi tentang jihad fisabilillah, yaitu jaminan untuk masuk surga bagi mereka yang mati dalam usahanya untuk memperjuangkan Islam. Artinya terdapat bentuk komunikasi yang efektif sehingga dapat mempengaruhi keyakinan jutaan umat dalam waktu yang sangat singkat.
komunikasi di awali dengan adanya perintah dari Allah kepada Nabi Muhammad untuk memberikan peringatan (dalam hal ini berdakwah) kepada umnat manusia untuk percaya kepada Allah. Awalnya komunikasi itu dilakukan secara diam-diam lalu dilanjutkan secara terbuka seiring dari wahyu berikutnya yang memerintahkan Nabi untuk berdakwah secara terang-terangan (Q.S Al-Hijr;94-95).
Dalam media tulisan, sebenarnya telah dirintis oleh Rasulullah, yaitu ketika beliau mengirimkan surat yang isinya ajakan untuk memeluk Islam kepada para raja di Eropah. Sebagai contoh, nabi pernah mengirimkan surat dakwah kepada raja Hiraqla (raja di Roma Timur) yang bernama Hirakles, raja Habsyi yang bernama Najsyi, dan lain-lain. Dalam setiap suratnya, selalu dibubuhi stempel yang terbuat dari perak yang berukirkan tulisan “Muhammadurrasulullah”. Dengan contoh ini, maka Rasulullah telah merintis sistem jurnalistik dalam melakukan komunikasi Islam sebagai bentuk dakwah. Dalam perkembangannya, komunikasi telah sedemikian maju, contoh lain dalam hal diskusi yang merupakan bagian dari bentuk komunikasi kelompok. Dalam berdakwah, Rasulullah selalu melakukan komunikasi sebagai dakwah dengan metode yang tepat dan apabila dicermati akan sangat relevan dengan metode diskusi saat ini. Dalam dakwahnya, diskusi yang dilakukan pasti didasari hal-hal berikut: alasannya kuat (hujjah), tutr kata yang arif dan bijak (uslub), dan adab sopan santun yang baik. Kembali hubungannya de ngan pers sebagai bagian dari komunikasi, Islam telah merintis perkembangan komunikasi itu sendiri, sekali lagi dalam bentuk dakwah. Misalnya turun temurunnya hadits-hadits nabi dan sunnah Rasul. Sejarah telah mengungkapkan kepada kita bahwa perkembangan dan kecemerlangan ajaran Islam telah menerobos cakrawala abad dan zaman sera melewati negara-negara dan benua. Ini berkat para jurnalis-jurnalis Islam seperti Syafi’i ’(yang mazhabnya mayoritas diadaptasi umat muslim Indonesia), Malik Ahmad Hambali, Hanafi, Abu Dawud, dan sebagainya yang tulisannya dalam bidang hukum fiqih. Bidang filsafat seperti Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Imam Ghazali, Jamaludin Al afgani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridla, dan lain-lain. Bidang kedokteran, Ibnu Sina telah menulis buku yang berisi aturan-aturan dalam ilmu kedokteran yang banyak diadaptasi oleh ilmuwan-ilmuwan dalam bidang kedokteran dewasa ini. Dari uraian ini, dapat dikatakan bahwa sebenarnya peradaban Islam (dalam kaitannya sebagai jembatan penghubung sejarah komunikasi) telah melanjutkan atau mewariskan komunikasi dari ajaran-ajaran Yunani yang telah disinggung di atas, untuk kemudian baru diadaptasi oleh bangsa Eropa dan seterusnya Amerika (sebagai dampak dari intellectual migration dari daratan Eropah ke utara benua Amerika pada masa Hitler).
Melihat uraian sejarah perkembangan komunikasi di zaman pertengahan di atas, timbullah satu pertanyaan, mengapa aktifitas retorika dalam kaitannya dakwah yang terjadi di zaman pertengahan tidak dijadikan bagian dari mata rantai sejarah perkembangn komunikasi oleh para pemikir-pemikir barat? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat fase-fase perkembangn ilmu itu sendiri dari zaman ke zaman. Ilmu berkembang, pertama kali pada masa Yunani kuno. Lalu dilanjutkan pada zaman pertengahan (yang sebenarnya adalah masa-masa persebaran agama). Telah disinggung di atas, contoh persebaran agama yang diambil adalah Islam yang memang berlangsung pada zaman pertengahan. Lalu ilmu berkembang lagi pada zaman renaissance (14-17 M), dimana kebanyakan pemikiran tokoh-tokoh pada abad ini sudah bebas dan tidak terikat lagi oleh dogma-dogma agama. Sebut saja seperti Isaac Newton dan Darwin. Zaman ini merupakan zaman peralihan dari zaman pertengahan menuju zaman modern. Ketika di zaman modern, ilmu-ilmu yang berkembang itu lebih didasari oleh pemikiran-pemikiran yang ilmiah dan empiris. Seperti Darwin yang sangat fanatik dengan teori evolusinya. Inilah yang mungkin menyebabkan banyak teori-teori komunikasi yang tidak pernah mencantumkan nama-nama besar dari cendikiawan-cendikiawan Islam (seperti Al Kindi, Al Farabi, dll) sebagai tokoh yang berjasa dalam mengembangkan komunikasi itu sendiri pada zaman pertengahan. Mungkin ini ada kaitannya dengan masa kegelapan (dark ages) yang terjadi di Eropah yang kala itu merupakan zaman keemasan peradaban Islam. Contoh peristiwa penting yaitu perang Salib yang terulang sebanyak enam kali. Hal ini tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik, tetapi juga menyadarkan serdadu-serdadu eropah akan kemajuan negara-negara Islam yang sedemikian pesatnya. Sehingga mereka menyebarkan pengalaman-pengalaman mereka itu sekembalinya di negara masing-masing. Pada tahun1453 M, Istambul jatuh ke Turki, sehingga para pendeta atau sarjana mengungsi ke Itali atau negara-negara lain. Mereka inilah yang menjadi pionir-pionir perkembangan ilmu di Eropah. Padahal sebenarnya mereka ini mendapatkan pengetahuannya dari peradaban Islam yang telah maju lebih dulu. Mengenai perkembangan komunikasi yang lebih cenderung diklaim sebagai bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan di Amerika dan Eropah, sebenarnya kembali pada pola pemikiran dari manfaat ilmu pengetahuan yang ditemukan. Pada dasarnya, orang Amerika dan Eropah cenderung untuk mematenkan suatu ciptaan, sedangkan pemikir-pemikir di Asia dan peradaban Timur tengah lebih cenderung kepada manfaat dari hasil temuannya itu. Padahal jelas, sejarah menceritakan secara gamblang bahwa peradaban yang sangat maju telah berlangsung lebih dulu di Cina dan Timur Tengah.

Penjelasan sejarah di atas sudah cukup membuktikan bahwa sebenarnya sejarah perkembangan komunikasi sebenarnya tidak pernah terputus. Karena pada dasarnya hubungan antara komunikasi sebagai bagian dari perkembangan peradaban manusia begitu erat. Hal ini dikarenakan aktifitas retorika sudah ada di zaman pertengahan, tetapi memang belum berbentuk ilmu. Fenomena yang lebih banyak bersifat dakwah (persebaran agama) ini baru berupa gejala-gejala sosial, dan pada masa itu belum ada suatu ilmu yang mengkhususkan fokus dan lokus kajiannya tentang komunikasi. Tetapi setidaknya hal di atas cukup memberikan argumen bahwa komunikasi merupakan fenomena yang sudah sangat lama terjadi dan baru dikaji secara utuh sebagai suatu ilmu pada abad ke-19 di daratan Amerika.